Kepeminpinan itu
wajib ada, baik secara syar’i ataupun secara aqli. Adapun secara syar’i
misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat “ dan
jadikanlah kami sebagai imam ( pemimpin ) bagi orang-orang yang bertakwa “ ( Q.
S. Al-Furqan : 74 ). Demikian pula firman Allah “ taatlah kalian kepada Allah
dan taatlah kalian kepada Rasul dan para ulil amri diantara kalian “ ( Q. S.
An-Nisa : 59 ).
Rasulullah saw
bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal : “ setiap dari kalian adalah
peminpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepeminpinannya “.
Terdapat pula dalam sebuah hadits yang menyatakan wajibnya menunjuk seorang
pemimpin perjalanan diantara tiga orang yang melakukan suatu perjalanan. Adapun
secara aqli, sesuatu tatanan tanpa kepemimpinan pasti akan rusak dan porak
poranda.
Sedangkan
menjadi pemimpin yang baik dan benar itu sangatlah sulit, karena seorang
pemimpin adalah pengemban amanat bukan menjadi penguasa atas seseorang atau
sekelompok. Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samura “ janganlah
engkau menuntut suatu jabatan, sesungguhnya jika didapat karena ambisimu maka
kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu
maka kamu akan ditolong mengatasinya “ ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ).
Karena seorang
pemimpin merupakan khalifah ( pengganti ) Allah dimuka bumi, maka dia harus
bias berfungsi sebagai kepanjangan
tangan-Nya. Allah merupakan Rabb semesta alam, yang berarti Dzat yang
mentarbiyah seluruh alam, maka seorang
pemimpin harus bias menjadi wasilah bagi
tarbiyah Allah tersebut terhadap segenap yang ada dibumi. Jadi seorang pemimpin
harus bias menjadi murabbiy bagi kehidupan dibumu.
Namun demikian
sekarang ini, banyak sudah para pemimpin yang meninggalkan rasa zuhud dan
wara’. Sehingga mereka tergoda untuk
mementingkan diri dan keluarganya, serta mencari harta dengan dalil agama dan
kepemimpinan.
Kepemimpinan
yang sufistik itu memang khas, banyak dari literature tasawwuf mengatakan bahwa
mereka merupakan orang-orang pilihan yang memang sengaja menghindari
bagian-bagian kotor dari dunia untuk mensucikan diri dengan kebersihan yang
tertinggi. Mereka orang-orang sufi tidak hanya berpantang dengan yang haram,
tetapi dengan yang mubah dan syubhat pun mereka berpantang. Karena dari yang
mubah akan membawa kelalaian.
Para pemimpin
kita yang sekarang ini berpantang dengan
yang haram pun sudah bagus, tetapi mereka tidak berwacana mengenai hal-hal yang
dibolehkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentar agan, semoga semua isi biarkan aku tetap bermimpi bisa bermanfaat.