Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan
Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin
Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah s.w.t.
dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul dimana
biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa
oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal
kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis
laknatullah.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses
tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka
sedang menyembah berhala yaitu patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan
mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan
manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang
dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan
ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut
kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala
mereka "Wadd" dan "Suwa" kadangkala "Yaguts" dan
bila sudah bosan digantinya dengan nama "Yatuq" dan "Nasr".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh
tersesat oleh iblis laknatullah itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan
penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah s.w.t., Tuhan
sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta
meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis
laknatullah. Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang
diciptakan oleh Allah s.w.t. berupa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di
bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan
hidup kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang
kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya ke Esaan Tuhan yang harus
disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada
ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu
syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap
perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikaruniakan Allah s.w.t. dengan
sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam
kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas
risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara
yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata
yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi para pembesar kaumnya yang keras
kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada
mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya
berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran
dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik
atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang
dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara
riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari
orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang
kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan
pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai
Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya
dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan
mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi
nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh: "Bukankah engkau
hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia
biasa. Jikalau betul Allah s.w.t. akan mengutuskan seorang rasul yang membawa
perintah-Nya, niscaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami
dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti
engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para
buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka
seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang
tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta
tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah
dan ajakanmu itu. Coba agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau
sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah dulu mengikutimu
dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai
pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan
pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya,
tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai
kelebihan di atas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.
Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripadamu tentang hal itu
semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahwa engkau
adalah pendusta belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku
atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang
yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap membuta-tuli terhadap
bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang
tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan
harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat dan
diberi tugas oleh Allah s.w.t. untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika
kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan
menerima agama Allah s.w.t. yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah
kepada Allah s.w.t. untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri
kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan
amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah
kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-Nya di atas
kamu sekalian jika Ia kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan
azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan
pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha
Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan
dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah
para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba
sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul
dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan
bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami
dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam,
penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan
dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada
pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan
ataupun buruh ,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan
dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah s.w.t.. Andai kata aku
memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para
pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan
dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan daripadaku
orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan
keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah
membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi
dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan
pengusiranku kepada mereka terhadap Allah s.w.t. bila mereka mengadu bahwa aku
telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata
untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar
dan tidak dapat diterima oleh akal dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi
mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah
untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai
Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta
mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu
dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga
tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan
bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang
yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu
dan ancamanmu dalam kenyataan karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan
tetap meragukan dakwahmu."
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama 950
tahun berdakwah menyampaikan risalah Allah s.w.t., mengajak mereka meninggalkan
penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha
Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang
benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan
oleh Allah s.w.t. kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan
lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pada para pembesar
kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara
sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya
beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah s.w.t. kecuali sekelompok kecil
kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan
tugasnya dengan segala daya usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh
kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian
kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar
diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh
akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang dan bahwa sinar iman
dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat
oleh ajaran dan bisikan Iblis laknatullah. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman
Allah s.w.t. yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya
mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih
dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka
perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah s.w.t. itu, lenyaplah
sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada
Allah s.w.t. agar menurunkan azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu
seraya berseru: "Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada
orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mereka akan berusaha
menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak
akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan
anak-anak yang kafir seperti mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah s.w.t. dan permohonannya
diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena
mereka itu akan menerima hukuman Allah s.w.t. dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah s.w.t. untuk membuat
sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka
mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan
mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang
diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,
agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan
kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya yang kebetulan
atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan
mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah
menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul
menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat
kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah
maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik
kapalmu ke laut?" Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh
dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab: "Baiklah tunggu saja
saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan
tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak
untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah
s.w.t. menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang
merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah s.w.t.: "Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku
dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam
kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari
bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir
besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun
yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung
dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh
dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh
atas perintah Allah s.w.t..
Dengan iringan "Bismillah majraha wa mursaha"
belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin
yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri
kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi Nuh
berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang
kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba
terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan"
timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan
kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah s.w.t. itu. Pada saat itu,
tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap
putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan
gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati
kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya: "Wahai
anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah
engkau dan berimanlah kepada Allah s.w.t. agar engkau selamat dan terhindar
dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah s.w.t.." Kan'aan, putera
Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan laknatullah dan
hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan
dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di
atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan
berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."
Nuh menjawab: "Percayalah bahwa tempat
satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di
atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman
Allah s.w.t. yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi
rahmat dan keampunan-Nya." Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya
tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari
pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian
puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah s.w.t..
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah s.w.t.: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari
keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha
Hakim yang Maha Berkuasa." Kepadanya Allah s.w.t. berfirman: "Wahai
Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia
telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan
mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya dari
daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu
dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan
keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan
jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu
dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa
menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung.
Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum
ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan
orang-orang yang bodoh."
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari
Allah s.w.t. bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia
lupa akan janji dan ancaman Allah s.w.t. terhadap orang-orang kafir termasuk
puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya
untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri
darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat
kepada Allah s.w.t. harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia
sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah s.w.t.
memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru: "Ya Tuhanku aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan
kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya
Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat
bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan
habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum
Allah s.w.t., surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh
di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah s.w.t. kepada
Nabi Nuh: "Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang
menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan
bagi umat yang menyertaimu."
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat
dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah
"Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan
kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas
mereka.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Nuh Alai his salam
Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin
karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah
lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan
darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh
Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut
kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh
ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman
Allah s.w.t. dalam Al-Quran yang bermaksud: "Sesungguhnya para mukmin itu
adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:
"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya
yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri." Juga peribahasa
yang berbunyi: "Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak
dilahirkan oleh ibumu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentar agan, semoga semua isi biarkan aku tetap bermimpi bisa bermanfaat.