Sering kali kita bertanya pada diri kita sendiri
tentang keadilan dimasa globalisasi ini, sementara sepekulasi tentang keadilan
saja yang kerap kita temui tanpa adanya bukti dan kenyataan. Bagai embun yang
tak harus tersenyentuh dibawah terik matahari, dan bagai gelombang yang terus
mengikis daratan tanpa bertepi. Dunia semakin hancur dan hati semakin terjajah
oleh senyum yang tersimpan gejolak politik, seakan agama tak lagi terpangpang
benderanya dihatinya. Mata melihat materi tanpa tahu kebenaran dan kesalahan,
karna pendidikan bukanlah sebuah seperitual yang membawa dirinya melihat
kematian melainkan melihat duniawi. Jika semuanya sudah tertera dengan materi,
maka tak ada lagi yang namanya keharaman melainkan kehalalan. Lantas dimana
keadilan yang sesungguhnya dan bagai mana kita menjadi negara yang maju,
sementara janji hanya tinggal janji yang kan menyiksa mereka-mereka yang telah
rapuh. Bukan soal pangkat, martabat ataupun kehormatan, akan tetapi sebuah
kewajiban untuknya menjadi hidup yang teratas. Penampilan tak lagi menjadi
wacana ketika pangkat menghalalkan semuanya, karena dunia adalah sebuah surga
yang harus diraihnya.
Dunia sungguh telah hancur, hancur karena peminpin
yang telah berdusta pada dirinya sendiri. Dan yang paling hancur pangkat-pangkat
kecil juga ikut menjadi boomerang dalam kehidupan rakyat bawah, mengetik dan
mencopy watak-watak yang gila hingga mereka juga ikut gila. Dunia... ! kapan
kau akan menjadi debu agar kami bisa mencabut dan mendapatkan hak-hak kami yang
telah mereka telan, dan menelanjagi mereka yang telah mengambil pakaian kami
dan merobek-robek tenggorokan dan mulut-mulut mereka yang telah mengumbar janji
yang tak pasti. Mereka bukanlah saudara kami, karna ketika kami bersujud kepada
Tuhan kami mereka tak ada didepan, disamping dan dibelakang kami. Mereka
tersenyum menikmati makanan kami, mereka tidur-tiduran disofa kami dan mereka
berkeliling bersama kendaraan kami.
Mereka bukan peminpin kami yang harus kami taati
seperti sabda Nabi, akan tetapi mereka musuh kami, musuh dunia dan musuhmu yang
tertindas. Bukan masalah kesaktian yang harus kami inginkan, akan tetapi mereka
babi-babi yang tersesat dan seharusnya berada dalam sarang. Dunia... ! sungguh
malang nasibmu kini, harus terinjak oleh babi-babi yang menjijikkan. Dan bila
kau telah lelah dengan semua ini, maka teruskanlah agar kau hidup dengan wujud
debu. Dan untuk keadilan kami hari ini adalah adil pada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentar agan, semoga semua isi biarkan aku tetap bermimpi bisa bermanfaat.