Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik
dengan memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya
akan dilewati oleh setiap manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua
yang ditargetkan oleh seseorang dalam kehidupannya, sehingga tanpa pendidikan, maka
logikanya semua yang diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat
diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses
dalam perjalanan hidupnya, tetapi jika dilakukan perbandingan maka
orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak yang bisa mengecap kesuksesan
daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan, baik pendidikan formal
maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan diri, mental,
pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada
atau bahkan banyak yang mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang
tidak dibekali ilmu sama sekali? Logikanya sudah pasti mereka akan lebih
kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang diminatinya dengan tujuan untuk
mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup membutuhkan teori,
dan dengan pendidikanlah teori tersebut bisa didapatkan.
Pendidikan merupakan transfer
of knowledge, transfer of value, transfer of culture and transfer of religius yang semua ini diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paulo Freire pendidikan adalah proses pengkaderan
dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan
untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan
adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan
bimbingan Al-Quran
dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi
manusia berakhlakul karimah (insan kamil). Dengan demikian hakikat pendidikan adalah
sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
Islam sebagai pandangan hidup yang berlandaskan nilai-nilai
ilahiyah, baik yang termuat dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul diyakini
mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transedental, universal dan eternal
(abadi), sehingga akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan
fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimanapun (likulli
zamanin wa makanin). Dengan demikian, karena pendidikan Islam adalah upaya
normatif yang berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka
harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut di atas baik dalam menyusun teori
maupun praktik pendidikan.
Pendidikan
Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan
al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua
dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi
ketundukan vertical. Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya
dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia, dan alam semesta.
Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi
alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan
yang abadi dengan sang khalik.
Musyfiq lahir
di Bragung Guluk-guluk, mahasiswa STKIP PGRI Sumenep. Aktif di LPM Retorika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentar agan, semoga semua isi biarkan aku tetap bermimpi bisa bermanfaat.